Kumpulan Materi IPA Untuk SMP dan SMA K13

Bahan Kimia dalam Makanan | Materi UN IPA SMP 2020

Bahan Kimia dalam Makanan | Kali ini admin akan membagikan materi tentang bahan kimia dalam makanan yang sering muncul dalam kisi-kisi ujian nasional. Admin berharap apa yang dibagikan kali ini, dapat memudahkan peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran IPA khususnya untuk kompetensi dasar tentang zat aditif, zat adiktif, dan psikotropika serta pencemaran. 


Bahan Kimia dalam Makanan | Materi UN IPA SMP 2020

Bahan Kimia dalam Makanan
Zat aditif makanan adalah zat-zat yang ditambahkan secara sengaja ke dalam makanan dalam jumlah sedikit dengan tujuan untuk memperbaiki warna, bentuk, citarasa, tekstur, dan pengawet. Zat aditif yang biasa digunakan dalam makanan adalah sebagai berikut.

1. Pewarna

Tujuan penambahan pewarna adalah memberikan warna dan meningkatkan selera makan sehingga daya tarik bagi konsumen. Makanan yang berwarna cerah dan segar akan menarik minat orang-orang untuk membeli.  Pewarna makanan dapat dibedakan atas dua yaitu:
  • Pewarna alami, yaitu pewarna makanan yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan. Contohnya kunyit (warna kuning), daun suji dan daun pandan (warna hijau), serta gula kelapa (warna merah kecokelatan).
  • Pewarna sintetis atau pewarna buatan adalah zat aditif pada makanan yang dipakai untuk mempercantik penampilan yang terbuat dari bahan kimia. Contohnya tartrazin (warna kuning), sunset yellow FCF (warna kuning), karmoisin, eritrosin, dan amaranth (warna merah), brilliant blue, indigokarmin  (biru), fast green FCF (hijau), violet GB (ungu).
Namun, tidak semua pewarna makanan aman digunakan. Oleh karena itu, sebaiknya kita memilih makanan yang tidak mengandung pengawet buatan atau dengan kata lain memilih makanan yang terbuat dari pewarna alami, karena ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa pewarna makanan buatan dapat meningkatkan kecenderungan alergi anak dan hiperaktivitas pada anak dengan ADHD sehingga dapat memicu munculnya penyakit.

2. Pemanis


Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam mengonsumsi makanan pasti akan selalu ada pemanis yang terkandung di dalamnya untuk menarik konsumen. Pemanis diberikan untuk memberikan cita rasa manis pada makanan. Pemanis dibedakan atas 2, yaitu:
  • Pemanis alami, yakni pemanis yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Contohnya gula tebu, gula merah, dan kulit kayu manis (pemanis dan pengawet).
  • Pemanis sintetis, yakni pemanis yang berasal dari bahan kimia. Contohnya aspartam (untuk penderita diabetes melitus), siklamat, sakarin, sorbitol, asesulfam K, neotam, dan P-4000.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemanis buatan dapat membantu menurunkan berat badan dan membantu mengelolah kadar gula darah dalam tubuh. Meski lazim digunakan sebagai pengganti gula pasir yang lebih sehat, konsumsi pemanis buatan yang berlebihan juga belum tentu baik untuk kesehatan. Untuk menghindari resiko masalah, para ahli menganjurkan pemanis buatan dikonsumsi sewajarnya.

3. Pengawet

Ketika membuat makanan, beberap orang kerap menginginkan makanan yang bisa dimakan di lain waktu atau tidak langsung habis saat itu juga. Untuk mendapatkan makanan agar bisa tahan lama, maka perlu mengawetkan makanan dengan yang tepat dan aman. Pemberian pengawet dimaksudkan untuk menghambat atau mencegah kerusakan makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Pengawet makanan bisa mencegah pertumbuhan mikroorganisme pembusuk sehingga memperpanjang daya simpan. Pengawet makanan dapat dibedakan atas dua, yaitu:
  • Pengawet alami adalah pengawet makanan yang berasal dari bahan alami, contohnya gula tebu, gula merah, garam, kunyit, kulit kayu manis, dan cengkeh.
  • Pengawet sintetis adalah pengawet makanan yang berasal dari bahan kimia, contohnya natrium benzoat, asam asetat/cuka, natrium bisulfit, kalium bisulfit (pada potongan kentang, udang beku), propil galat (memperlambat ketengikan dan antioksidan), propionat, natrium nitrit, sorbet, formalin, serta BHA dan BHT (antioksidan).
Namun, perlu diketahui bahwa tak semua bahan pengawet makanan aman untuk digunakan. Bahkan sebagian besar bisa membahayakan kesehatan. Jika salah memilih atau mengonsumsi makanan dengan pengawet yang salah bisa menyebabkan gangguan kesehatan jangka pendek seperti infeksi saluran pernapasan dan diare. Bisa juga mengganggu kesehatan jangka panjang seperti kerusakan jantung dan ginjal. Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan bahan pengawet makanan secara alami. Penggunaan pengawet dari bahan alami bisa mengurangi risiko munculnya masalah kesehatan.
4. Penyedap

Penyedap rasa adalah bahan tambahan makanan yang memberikan rasa pada bahan tertentu, sehingga suatu makanan dapat bertambah manis, asam, dan sebagainya. Biasanya, penyedap rasa diberikan kepada makanan yang tidak atau kurang memiliki rasa (misal agar-agar, masakan berkuah, dan sebagainya) untuk meningkatkan cita rasa makanan sehingga disukai konsumen. Dalam penggunaannya, penyedap rasa pada makanan dibedakan atas dua, yaitu:
  • Penyedap alami adalah penyedap rasa yang bersumber dari bahan alam. Contohnya bawang, merica, daun salam, terasi, cabai, dan daun pandan.
  • Penyedap sintetis adalah penyedap rasa yang diperoleh berdasarkan pengolahan bahan kimia, contohnya MSG atau vetsin.
MSG adalah molekul garam yang dikombinasikan dengan asam amino L-glutamat. Molekul garam ini digunakan untuk menstabilkan komponen glutamat. Glutamat yang terkandung dalam asam amino berperan sebagai pemberi rasa gurih (umami). Asam amino glutamat bisa ditemukan di hampir semua bahan dasar makanan, terutama makanan yang berprotein tinggi, seperti produk susu, daging merah dan ikan, dan banyak sayuran. Bahan makanan lainnya yang sering digunakan sebagai penyedap alami, seperti jamur dan tomat, juga mengandung asam amino glutamat alami dalam kadar tinggi.

Namun sebaiknya, perlakuan MSG adalah sama seperti bahan makanan lainnya, yaitu tidak dikonsumsi secara berlebihan. Peneliti menemukan bahwa seseorang yang mengonsumsi MSG dalam jumlah tinggi (4,2 gram per hari) lebih rentan terhadap obesitas daripada orang-orang yang mengonsumsi MSG masih dalam batas wajar atau malah sedikit sekali (0,4 gram per hari).

5. Pemberi aroma

Pemberi aroma adalah zat yang dapat memberikan aroma tertentu pada makanan atau minuman, sehingga dapat meningkatkan selera konsumen. Penambahan zat pemberi aroma menyebabkan makanan memiliki daya tarik untuk dinikmati. Jeli merupakan salah satu contoh makanan yang menggunakan zat pemberi aroma. Zat pemberi aroma terdiri atas dua, yaitu:
  • Pemberi aroma alami, yakni pemberi aroma yang berasal dari bahan segar atau ekstrak dari bahan alami. Misalnya minyak atsiri dan vanili.
  • Pemberi aroma sintetis, yakni pemberi aroma yang berasal dari bahan kimia. Misalnya, asam asetat mempunyai cita rasa seperti pisang ambon, amil kaproat (aroma apel), etil butirat (aroma nanas), vanilin (aroma vanili), dan metil antranilat (aroma buah anggur).

Demikianlah yang admin bisa bagikan. Semoga bisa bermanfaat bagi pembaca sekalian, khususnya bagi peserta didik yang sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti Ujian Nasional. Tetap semangat dalam belajar.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Bahan Kimia dalam Makanan | Materi UN IPA SMP 2020