Bahan Kimia dalam Makanan | Kali ini admin akan membagikan materi tentang bahan kimia dalam makanan yang sering muncul dalam kisi-kisi ujian nasional. Admin berharap apa yang dibagikan kali ini, dapat memudahkan peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran IPA khususnya untuk kompetensi dasar tentang zat aditif, zat adiktif, dan psikotropika serta pencemaran.
Bahan Kimia dalam Makanan
Zat aditif makanan adalah zat-zat yang ditambahkan secara sengaja ke dalam makanan dalam jumlah sedikit dengan tujuan untuk memperbaiki warna, bentuk, citarasa, tekstur, dan pengawet. Zat aditif yang biasa digunakan dalam makanan adalah sebagai berikut.
1. Pewarna
Tujuan penambahan pewarna adalah memberikan warna dan meningkatkan selera makan sehingga daya tarik bagi konsumen. Makanan yang berwarna cerah dan segar akan menarik minat orang-orang untuk membeli. Pewarna makanan dapat dibedakan atas dua yaitu:
- Pewarna alami, yaitu pewarna makanan yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan. Contohnya kunyit (warna kuning), daun suji dan daun pandan (warna hijau), serta gula kelapa (warna merah kecokelatan).
- Pewarna sintetis atau pewarna buatan adalah zat aditif pada makanan yang dipakai untuk mempercantik penampilan yang terbuat dari bahan kimia. Contohnya tartrazin (warna kuning), sunset yellow FCF (warna kuning), karmoisin, eritrosin, dan amaranth (warna merah), brilliant blue, indigokarmin (biru), fast green FCF (hijau), violet GB (ungu).
Namun, tidak semua pewarna makanan aman digunakan. Oleh karena itu, sebaiknya kita memilih makanan yang tidak mengandung pengawet buatan atau dengan kata lain memilih makanan yang terbuat dari pewarna alami, karena ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa pewarna makanan buatan dapat meningkatkan kecenderungan alergi anak dan hiperaktivitas pada anak dengan ADHD sehingga dapat memicu munculnya penyakit.
Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam mengonsumsi makanan pasti akan selalu ada pemanis yang terkandung di dalamnya untuk menarik konsumen. Pemanis diberikan untuk memberikan cita rasa manis pada makanan. Pemanis dibedakan atas 2, yaitu:
- Pemanis alami, yakni pemanis yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Contohnya gula tebu, gula merah, dan kulit kayu manis (pemanis dan pengawet).
- Pemanis sintetis, yakni pemanis yang berasal dari bahan kimia. Contohnya aspartam (untuk penderita diabetes melitus), siklamat, sakarin, sorbitol, asesulfam K, neotam, dan P-4000.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemanis buatan dapat membantu menurunkan berat badan dan membantu mengelolah kadar gula darah dalam tubuh. Meski lazim digunakan sebagai pengganti gula pasir yang lebih sehat, konsumsi pemanis buatan yang berlebihan juga belum tentu baik untuk kesehatan. Untuk menghindari resiko masalah, para ahli menganjurkan pemanis buatan dikonsumsi sewajarnya.
3. Pengawet
Ketika membuat makanan, beberap orang kerap menginginkan makanan yang bisa dimakan di lain waktu atau tidak langsung habis saat itu juga. Untuk mendapatkan makanan agar bisa tahan lama, maka perlu mengawetkan makanan dengan yang tepat dan aman. Pemberian pengawet dimaksudkan untuk menghambat atau mencegah kerusakan makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Pengawet makanan bisa mencegah pertumbuhan mikroorganisme pembusuk sehingga memperpanjang daya simpan. Pengawet makanan dapat dibedakan atas dua, yaitu:
- Pengawet alami adalah pengawet makanan yang berasal dari bahan alami, contohnya gula tebu, gula merah, garam, kunyit, kulit kayu manis, dan cengkeh.
- Pengawet sintetis adalah pengawet makanan yang berasal dari bahan kimia, contohnya natrium benzoat, asam asetat/cuka, natrium bisulfit, kalium bisulfit (pada potongan kentang, udang beku), propil galat (memperlambat ketengikan dan antioksidan), propionat, natrium nitrit, sorbet, formalin, serta BHA dan BHT (antioksidan).
Penyedap rasa adalah bahan tambahan makanan yang memberikan rasa pada bahan tertentu, sehingga suatu makanan dapat bertambah manis, asam, dan sebagainya. Biasanya, penyedap rasa diberikan kepada makanan yang tidak atau kurang memiliki rasa (misal agar-agar, masakan berkuah, dan sebagainya) untuk meningkatkan cita rasa makanan sehingga disukai konsumen. Dalam penggunaannya, penyedap rasa pada makanan dibedakan atas dua, yaitu:
- Penyedap alami adalah penyedap rasa yang bersumber dari bahan alam. Contohnya bawang, merica, daun salam, terasi, cabai, dan daun pandan.
- Penyedap sintetis adalah penyedap rasa yang diperoleh berdasarkan pengolahan bahan kimia, contohnya MSG atau vetsin.
Namun sebaiknya, perlakuan MSG adalah sama seperti bahan makanan lainnya, yaitu tidak dikonsumsi secara berlebihan. Peneliti menemukan bahwa seseorang yang mengonsumsi MSG dalam jumlah tinggi (4,2 gram per hari) lebih rentan terhadap obesitas daripada orang-orang yang mengonsumsi MSG masih dalam batas wajar atau malah sedikit sekali (0,4 gram per hari).
5. Pemberi aroma
Pemberi aroma adalah zat yang dapat memberikan aroma tertentu pada makanan atau minuman, sehingga dapat meningkatkan selera konsumen. Penambahan zat pemberi aroma menyebabkan makanan memiliki daya tarik untuk dinikmati. Jeli merupakan salah satu contoh makanan yang menggunakan zat pemberi aroma. Zat pemberi aroma terdiri atas dua, yaitu:
- Pemberi aroma alami, yakni pemberi aroma yang berasal dari bahan segar atau ekstrak dari bahan alami. Misalnya minyak atsiri dan vanili.
- Pemberi aroma sintetis, yakni pemberi aroma yang berasal dari bahan kimia. Misalnya, asam asetat mempunyai cita rasa seperti pisang ambon, amil kaproat (aroma apel), etil butirat (aroma nanas), vanilin (aroma vanili), dan metil antranilat (aroma buah anggur).
Demikianlah yang admin bisa bagikan. Semoga bisa bermanfaat bagi pembaca sekalian, khususnya bagi peserta didik yang sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti Ujian Nasional. Tetap semangat dalam belajar.